Kamis, 26 Februari 2015

4 jenis teh

Semua daun teh berasal dari tanaman teh yang sama, yaitu Camelia sinensis.
Daun teh menjadi berbeda satu sama lain karena melalui berbagai metode atau cara pengolahan yang berbeda.
Pada teh yang berkualitas tinggi, hanya pucuk daun muda yang dipetik. Metode ini membutuhkan 2.000-3.000 daun teh untuk menghasilkan 0,5 kg teh jadi.
Ketika daun teh kering diseduh dengan air panas, mereka akan menimbulkan aroma serta rasa yang khas dan berbeda.
Berikut akan diulas mengenai berbagai macam jenis daun teh dan cara pengolahannya:

1. Teh Putih (White Tea)

Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami pemrosesan dari semua jenis teh.
Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun yang muda, kemudian dikeringkan dengan metode penguapan (steam dried) atau dibiarkan kering oleh udara (air dried).
Sedangkan teh jenis yang lain umumnya mengalami empat sampai lima langkah pemrosesan. Karena segera dilakukan penguapan setelah dipetik, maka daun teh ini bisa mempertahankan warna hijaunya.

2. Teh Hijau (Green Tea)

Daun teh yang akan digunakan untuk teh hijau akan mengalami proses penguapan atau disangrai untuk menghentikan oksidasi. Karena daun teh ini segera dipanaskan setelah pemetikan, maka tetap berwarna hijau.
Di Cina, untuk membuat teh hijau dilakukan penguapan pada daun teh, sedangkan di Jepang, daun tehnya disangrai.
Pada kedua metode tersebut, daun teh sama-sama akan menjadi layu. Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah menggulung daun teh.
Penggulung daun teh akan menggulung daun dengan gaya yang berbeda, bisa berbentuk gulungan panjang, bulat seperti bola, spiral, atau bahkan datar. Tempat dimana daun tumbuh akan mencerminkan gaya penggulungan.
Pemanasan pada proses penggulungan menyebabkan daun teh mengering, sehingga siap digunakan. Warna hijau pada daun teh hijau memberikan manfaat untuk kesehatan terutama karena kandungan antioksidannya.

3. Teh Oolong (Oolong Tea)

Proses pembuatan dan pengolahan teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam. Pada teh oolong, daun sudah layu dan teroksidasi sebagian setelah pemetikan sebelum dilakukan pengeringan.
Langkah pertama pengolahan teh oolong adalah membuat daun menjadi layu. Daun dibiarkan layu selama beberapa jam, tapi kurang dari satu hari.
Setelah daun layu, daun diaduk untuk mengeluarkan tetes kecil air dari daun sehingga proses oksidasi bisa dimulai. Ketika daun terpapar udara, maka akan berubah warna menjadi lebih gelap.
Lamanya waktu daun mengalami oksidasi tergantung dari jenis oolong. Beberapa jenis hanya 10% teroksidasi, sedangkan yang lain bisa sampai 70% yang teroksidasi. Daun teh kemudian dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi dan mengeringkannya.

4. Teh Hitam (Black Tea)

Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami pemrosesan. Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan dibiarkan layu selama 14 sampai 24 jam.
Setelah itu, daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk proses oksidasi. Pada tahap ini daun ini masih berwarna hijau.
Setelah proses penggulungan, daun siap untuk proses oksidasi. Daun diletakkan di tempat dingin dan lembab, kemudian proses fermentasi dari polyphenols dan pectin berlangsung dengan bantuan oksigen dan enzim.
Proses oksidasi memberi warna dan rasa pada teh hitam. Lamanya proses fermentasi bergantung pada jenis dan pembuat teh itu sendiri.
Setelah itu, daun dikeringkan atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan rasa serta aroma yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar